Jumat, 09 April 2010

Mahasiswa dan Kepekaan Sosial

Menjadi mahasiswa adalah idaman setiap generasi muda. Dengan berstatus mahsiswa banyak kesempatan akan diperoleh untuk mengenbangkan potensi diri. Untuk dapat menjadi mahasiswa tentu tidak mudah selain kepintaran juga dibutuhkan ekonomi yang memadai. Mahasiwa seakan langsung mendapatkan status terhormat dalam masyarakat sebagai intelektual muda yang energik.
Semasa menjadi mahasiswa kita akan diperkenalkan berbagai macam ilmu pengalama baru yang dahulunya belum didapakan sebelum menjadi mahasiswa. Ilmu yang didapatkan tentunya akan bertambah sesuai dengan jenis pendidikan yang diambil. Tetapi yang lebih penting adalah pengalaman-pengalaman baru yang akan menjadi cikal bakal pembentukan karakter sebagai generasi muda cerdas.
Mahasiswa akan dilatih untuk bersikap, bertindak, berkomunikasi dengan benar, menghargai orang lain, melakukan lobi-lobi serta membiasakan diri untuk mengabdikan ilmu dan pengalaman tersebut kepada masyarakat paska ,enjadi mahasiswa. Berbagai embel-embel melekat ditubuh mahasiswa sebagai bentuk penghargaan masyarakat terhadapa kekeloporan yang menjadi identitas perjuangan mahasiswa. Mulai dari agenda of change, social control, moral forece, kaum intelektual dan sebagainya.
Embel-embel tersebut tentunya tidak dating begitu saja, tetapi diberikan lewat proses panjuang yang melewati berbagai periode pergerakan bangsa yang selalu melibatkan mahasiswa dan pemuda.
Mahasiswa selalu menjadi pilar utama dalam setiap perubahan yang ada di negeri ini. Sejarah mencatat bagaimana semangat pemuda mendesak soekarno hatta untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia 17 Agustua 1945, sebagai pelopor Orde Baru lewat aksinya menumbangkan kekuasaan Soekarno tahun 1966, sampai menumbangkan rezim otoritarian Soeharto Mei 1998. Wajar bila hariman siregar tokoh malaria mengatakan bahwa kekuatan mahasiswa adalah pilar ke lima demokrasi.
Mana yang lebih penting dari semua iru adalah sikap kepekaan yang harus dimiliki setiap mahasiswa melihat gejala-gejala sosial yang cendrung menyudutkan kepentingan masyarakat. Keelokaan ini harus secara nyata dilakukan sebagai tanggung jawab mereka mewakili kaum muda tersisik yang telah mendapat legitimasi penghargaan dengan berbagai embel-embel dari masyarakat.
Banyak persoalan uang harus menjadi sorotan mahasiswa dalam rangka mewujudkan perannya sebagai agen perubah terhadap kebikakan salah yang dilakukan penguasa terhadap rakyatnya. Mahasiswa harus melakukan advokasi terhadap penindasan yang dilakukan oleh kekuasaan yang zalim terhadap rakyatnya. Menurut Arbi Sanit ada beberapa hal yang menyebabkan mahasiswa harus peka terhadap permasalahan sosial di masyarakat di antaranya pertama, mahasiswa sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik mempunyai pandangan luas untuk bergerak di antara lapisan masyarakat. Masyarakat terlanjur percaya dengan kemampuan mahasiswa menjadi agenda pelopor perubahan dikomunitas mereka berada.
Dengan lamanya pendidikan yang dilalui, mahasiswa juga memiliki proses sosialisasi politik terpanjang diantara angkatan muda lainnya. Dengan demikian mahasiswa akan mudah berinteraksi dengan masyarakat lainnya. Diharapkan mahasiswa dapat menjadi problem solver terhadap permasalahaan yang mendera masyarakat. Kedua, kehidupan di kampus membentuk gaya hidup unik dikalangan mahasiswa. Mereka diajarkan untuk berakulturasi dengan sosial budaya yang belum mereka kenal. Mereka menemukan akan disuguhkan oleh budaya baru untuk memperkaya pengetahuan dan pengalaman mereka. Ketiga, mahasiswa sebagai kalangan kaum muda sebab mahasiswa akan memasuki lapisan atas dari susunan kekuasaan struktur ekonomi dan memiliki keistimewaan tertentu dalam masyarakat. Keempat, mahasiswa sering terlibat dalan pwmikiran perbincangan dan penelitian membahas masalah masyarakat yang menumgkinkan mereka tampil dalan forum ilmiah yang kemudian mengangkatnya ke jenjang karir sesuai dengan sidang keahliannya.
Mahasiswa harus memiliki akselerasi dalam menentukan strategi gerakan memaknai kepekaan masalah sosial tadi. Sebaiknya mahasiswa memilih wilayah transformatif dan misi korektif. Maka untuk mewujudkan misi tersebut yang harus dilakukan mahasiswa secara pribadi adalah memiliki paradigma yang perspektif motivasi tinggi untuk maju, potensi sebagai pelaku perubahan sosial, disiplin dan etos kerja yang tinggi komitmen kebersamaan yang tinggi dan mencerninkan manusia modern yang berbudaya.
Untuk melakukan sebuah perubahan tidak cukup dengan mengandalkan kemampuan pribadi tetapi yang lebih penting perlu ditunjukan oleh kemampuan dalam membangun organisasi yang solid. Menurut Agussalim Sitompul, yang perlu diagendakan mahasiswa secara institusi adalah pertama, Studying bahwa mahasiswa harus melakukan pengkajian penelitian dan pembangunaan secara intensiaf sesuai dengan tuntutan zaman, waktu, keadaan, dan tantangan mahasiswa hari ini. Kedua, Capacity Building, yaitu penguatan dan pengembangan sumber daya manusia sebagai potensi dasar yang memungkinkan mahasiswa untuk tetap eksis. Ketiga, Voicing yaitu bagaimana mahasiswa melakukan interaksi secara eksternal dengan lingkungannya. Keempat, Nertworking, yaitu kemampuan mahasiswa mencari patner dalam memainkan peranya untuk ikut peka dengan kondisi sosial masyarakat.
Dengan telah dilakukanya keempat agenda tadi maka mahasiswa akan mampu mewujudkan tanggung jawabnya dalam menciptakan masyarakat adil dan makmur dan sejahtera. Sudah sepatutnya dipersiapkan kapasitas dan kapabilitis sedini mungkin. Membaca, menulis dan diskusi adalah kunci sukses intelektual mahasiswa dalam mengawalkan perubahan.



kutipan :
17:11
Daftar Pustaka : www.google.com

Konflik

Konflik

Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.

Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.

Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.

Faktor penyebab konflik

Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.

Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.

Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para petani menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka.

Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.

Jenis-jenis konflik

Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 4 macam :

Akibat konflik

Hasil dari sebuah konflik adalah sebagai berikut :

Para pakar teori telah mengklaim bahwa pihak-pihak yang berkonflik dapat memghasilkan respon terhadap konflik menurut sebuah skema dua-dimensi; pengertian terhadap hasil tujuan kita dan pengertian terhadap hasil tujuan pihak lainnya. Skema ini akan menghasilkan hipotesa sebagai berikut:

Contoh konflik

Minggu, 03 Januari 2010

Seberapa besar pengaruh krisis global dalam perekonomian Indonesia

Krisis Resesi Ekonomi Global, Inflasi dan Pengaruh Terhadap Petani Sawit


Krisis Ekonomi Politik Indonesia Ditinjau Dari Sistem Perkebunan Skala Besar.
Disajikan oleh Badan Persiapan Pembentukan Nasional
Serikat Petani Kelapa Sawit (BPPN- SPKS)
Bagian Pertama
Krisis Ekonomi Politik Dilihat Dari Angka Inflasi
Rakyat Indonesia hingga hari ini selalu saja mendapat terpaan badai
penderitaan. Ditengah semakin tingginya angka penggaguran, PHK masal
dikalangan kelas buruh, pengusuran besar-besaran kaum pedagang kecil
perkotaan atas nama keindahan kota, kemiskinan dipedesaan karena semakin
hilangnya alat produksi dan ketersediaan alam yang semakin hari semakin
menyempit. Hal tersebut sudah lama diderita rakyat Indonesia tanpa pernah
berhenti, serangan sebelumnya adalah kenaikan harga-harga kebutuhan rakyat
yang ditandai dengan kenaikan BBM dunia yang mempengaruhi dan memaksa
pemerintah Indonesia harus merupah APBN -P yang berimplikasi terhadap
kenaikan harga BBM dalam negeri yang memicu semua harga kebutuhan pokok
rakyat turut meningkat. Pukulan yang terbaru adalah krisis ekonomi global
yang ditandai dengan krisis kredit perumahan (subprime mortgage)
mempengaruhi ekonomi di Amerika yang merupakan sentrum perekomomian dunia
menghantam semua sendi ekonomi dunia dan mendorong terjadinya inflasi
diberbagai belahan dunia termasuk Indonesia juga tidak terlepas dari terpaan
badai ini.
Apabila dilihat indikator permukaan makro ekonomi sebelum krisis global
terjadi, laporan BPS menyatakan bahwa angka inflasi bulan september berada
pada kisaran 0,51 persen, sedangkan untuk laju inflasi tahun kalender dari
Kondisi ini mengisyaratkan target pencapaian inflasi yang disepakti oleh
pemerintah dan BI yaitu target inflasi Januari-September 2008 sebesar
10,47%, sementara year on year sebesar 12,14 persen. Angka ini merupakan
laju inflasi paling tinggi pada 3 tahun terakhir. Hal tersebut dipicu karena
kenaikan harga-harga bahan pokok termasuk sewa perumahan. BPS mencatat
beberapa komoditas yang mengalami kenaikkan harga antara lain adalah bahan
bakar rumah tangga, ikan segar, daging ayam ras, daging sapi, telur ayam
ras, ikan diawetkan, tempe, beras, nasi dengan lauk dan banyak lagi termasuk
minyak goreng.pada tahun 2008 sebesar 5 persen dengan deviasi satu persen
dengan cacatan bahwa potensi inflasi sangat tinggi sehingga bersama DPR
mereka menyepakati angka 6,4 persen sebagai angka inflasinya sangat sulit
dicapai.
Inflasi merupakan potret peristiwa moneter yang menggambarkan kenaikan harga
barang, Dimana dalam hukum ekonomi tergambar posisi suplay dan demand
(persedian dan penawaran) yang selalu terjadi dalam sistem pasar. Inflasi
dapat diakibatkan oleh dua hal yaitu tarikan permintaan atau desakan biaya
produksi. Inflasi tarikan permintaan (demand pull inflation) terjadi akibat
adanya permintaan total yang berlebihan sehingga terjadi perubahan pada
tingkat harga. Bertambahnya permintaan terhadap barang dan jasa
mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi.
Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan
harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu
kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam
situasi full employment. Yang kedua adalah Inflasi desakan biaya (cost push
inflation) terjadi akibat meningkatnya biaya produksi (input) sehingga
mengakibatkKenaikan inflasi ini semakin menjelaskan ketimpangan ekonomi nasional yang
gagal mengurus penataan produksi nasional untuk memenuhi kebutuhan pokok
nasional dan semakin tingginya ketergantungan pada barang komoditas impor,
khususnya komoditas pangan internasional, disisi lain strategi eksport yang
dianut pemerintah tanpa berusaha memenuhi industri dan kebutuhan dalam
negeri menyebabkan penderitaan rakyat semakin nyata.
Seharusnya Inflasi harus menjadi perhatian utama karena merupakan potret
yang terjadi ditengah masyarakat. Semakin tinggi laju inflasi, maka semakin
rendah kesejahteraan masyarakat karena nilai setiap sen uang yang dipegang
orang terus menurun. Akibatnya daya beli melorot. Jadi, jika ekonomi dunia
meradang, orang miskin Indonesia pun bisa jadi semakin miskin.
Krisis Global Dan Pengaruh Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Beberapa faktor kenaikan harga-harga kebutuhan pokok memang tidak bisa
dipisahkan dengan faktor resesi ekonomi dunia yang kian memburuk seiring
dengan krisis umum imprealisme[ 1]: kelesuan ekonomi Amerika Serikat yang
dipicu oleh krisis kredit perumahan (subprime mortgage); krisis finansial,
krisis energi [minyak, gas, batubara], ditandai dengan kenaikan harga minyak
di pasaran internasional yang telah menembus 117 US $/barel, namun
terkoreksi pada angka 82 US $ / barel pada bulan oktober 2008 akibat
permintaan terhadap minyak dunia menurun impas dari krisis yang terjadi di
Amerika. Walaupun demikian harga minyak dunia yang sempat melambung memaksa
berbagai sektor produksi ekonomi menaikkan ongkos produksinya dan tidak ikut
terkoreksi hingga hari ini. Sedangkan disisi lain imbas dari pemanasan
global telah menyerang lingkungan hidup bumi manusia, dengan cuaca buruk,
gelombang badai, banjir, longsor, telah memukul hampir semua produksi
pertanian dan kelancaran sistem transportasi dunia.
Segala sesuatu ada saling hubunganya, krisis ekonomi Amerika kemudian
menjadi krisis global yang berpengaruh pada sektor ril ditingkat lokal.
Karena centrum kekuatan akumulasi modal kapitalis berada di negara ini, AS
merupakan pasar eksport terbesar didunia termasuk pasar ekport Indonesia.
Coba tengok angka-angka ekspor nonmigas Indonesia ke AS selama ini yang
tercatat di Badan Pusat Statistik dan diolah kembali oleh Departemen
Perdagangan. Sekilas terlihat betapa produk Indonesia sangat bergantung pada
pasar Amerika karena ekspor Indonesia ke negara itu menduduki peringkat
kedua terbesar setelah Jepang.
Ekspor nonmigas Indonesia ke AS meningkat dari 7,17 miliar dollar AS pada
2002 menjadi 10,68 miliar dollar AS pada 2006 atau meningkat 11,74 persen.
Selama Januari-Agustus 2007, ekspor ke AS sudah mencapai US$ 7,48 miliar AS
atau meningkat 5,14 persen dari periode yang sama 2006.
Itu artinya, peran ekspor ke AS terhadap total ekspor nonmigas Indonesia
mencapai 12,45 persen, setingkat dibawah ekspor ke Jepang yang mencapai
15,36 persen.
Akibat orientasi eksport produk yang terlalu bertumpu pada pasar Amerika
mengakibatkan hantaman telak bagi Indonesia karena daya beli komsumsi
Amerika akan merosot akibat krisis finasial yang menerpanya. Bagi
Indonesia, krisis ini akan memiliki dampak yang saling terkait diberbagai
sektor. Pada akhirnya,semua ini akan memperlambat pertumbuhan.
Adapun dampak-dampak yang terjadi pada perekonomian Indonesia meliputi:
Pertama, krisis global akan menyebabkan terganggunya stabilitas makro
nasional. Ini dimulai dengan pertumbuhan yang melambat,karena permintaan
produk dalam negri oleh pihak konsumen luar negeri yang menurun memaksa
industri dalam negeri harus memangkas biaya produksi dimana cara yang paling
mudah adalah dengan mengurangi tenaga kerja termasuk mem-phk buruh. Ini
berkaitan erat dengan inflasi yang merayap terus naik, juga factor
peningkatan suku bungga yang mengakibatkan mengikisnya pendapatan riil
rumah tangga akibat besarnya biaya yang dikaitkan dengan tinggi rendahnya
bunga.
Kedua, dampak krisis global akan menohok secara langsung dan tidak langsung
industri nasional. Bagi perusahaan yang bergerak disektor industri, kenaikan
harga minyak akan meningkatkan biaya produksi langsung berupa biaya
penggunaan BBM. Selain itu,akan meningkatkan biaya harga komponen (raw
materials) impor maupun lokal. Kenaikan ini juga otomatis akan meningkatkan
ongkos transportasi dalam jalur distribusi.
Ketiga, peningkatan inflasi dan harga barang industri, serta kenaikan harga
BBM akan menggerus pendapatan riil rumah tangga. Hal ini pada gilirannya
akan dimanifestasikan dalam bentuk penurunan tingkat konsumsi dan investasi
domestik, yang akan semakin menambah tekanan ke bawah pada tingkat
pertumbuhan.
Hantaman Krisis Global Bagi Rakyat Khususnya Petani Sawit
Pemerintah Indonesia hari ini tidak mampu mengurus semua persoalan rakyat,
karena watak rezim hari ini yang mengabdikan dirinya untuk kepentingan
pemodal. Ini ditandai dengan berbagai kebijakan yang sangat pro modal. Sejak
tahun 2000 sektor industri minyak sawit sangat diminati oleh pasar dunia
karena kebutahan komsusmsi bahan pangan dan kosmetik selain itu alternative
pengunaan bahan bakar nabati (biofuel) mendorong naiknya harga CPO dunia
sehingga dianggap sanggat menguntungkan bagi devisa Negara melaui eksport
CPO yang sangat mengiurkan, Devisa dari industri minyak sawit pada tahun
2006 menurut komisi minyak sawit Indonesia berada pada urutan nomor 2 pada
eksport non migas sektor pertanian dengan nilai ekspor komoditas perkebunan
2007 mencapai US$ 12,3 miliar (Rp 115,6 triliun) atau naik 21,5 persen
dibandingkan 2006 yang mencapai US$ 10,11 miliar (Rp 95 miliar). Angka
ekspor itu telah melampaui target sejak Oktober 2007 yang mencapai US$ 11,25
miliar (Rp 105,7 triliun).
Melihat peluang tersebut kemudian pemerintah menargetkan pembukaan
perkebunan sawit hingga 20 juta ha yang tersebar hampir disetiap propinsi di
Indonesia. Pada tahun 2007 kebun yang sudah dibuka adalah 7,4 juta ha dan
produksi CPO yang dihasilkan mencapai 17,5 juta ton menghantarkan Indonesia
sebagai produsen terbesar minyak sawit mengalahkan Malaysia. Ambisi tersebut
harus dibayar dengan terjadinya konflik dimana-mana akibat keserakahan antar
pemodal dan birokrasi dalam mencari keuntungan, konflik sosial terutama
konflik tanah meningkat berbanding lurus dengan jumlah luasan pembukaan
perkebunan. Lokasi ijin yang diberikan tidak memperhatikan daya dukung
ekologi sehingga terjadinya konversi hutan besar-besaran, asap dan banjir
sudah merupakan bencana yang sering ditemui hampir disetiap tahun. Pada
Tahun 2003 sampai 2004 saja luas lahan pertanian menyusut 703.869 hektar
dari 8.400.030 hektar menjadi 7.696.161 hektar, mengakibatkan kerawanan
pangan dibeberapa daerah ditengarai pembukaan perkebunan sawit juga ikut
andil dalam hal ini.
Disisi lain memang keuntungan dapat diperoleh karena semakin meningkatnya
harga TBS (Fresh Fruit Brunch) ditingkat petani sawit disebabkan permintaan
pasar yang besar. Sejak tahun 2000 sampai tahun 2007 harga TBS melonjak
tajam dari harga Rp 400-600/ kg mencapai hingga angka Rp 2000/ kg. Petani
sawit ikut merasakan nikmatnya harga ini dan mendorong mereka untuk terlibat
dalam perkebunan sawit, bahkan mereka berani untuk mengkonversikan kebun
karet dan lahan pangan untuk dijadikan kebun sawit dengan dibantu oleh
pemerintah melalui kredit perbankan yang sesunguhnya "keblinger" karena
topangan mikro ekonomi yang lemah. Misalnya saja petani tidak diberikan
penyuluhan soal keahlian budidaya tanaman sawit untuk meningkatkan
produktivitasnya sehingga mereka cenderung menambah ekspansi lahan, justru
sarana produksi terpangkas dengan meningkatnya harga pupuk dan pestisida
yang sangat sulit didapatkan oleh petani, sementara untuk angkutan mereka
berharap pada angkutan perusahaan padahal TBS harus diangkut sampai ke
pabrik milik perusahaan 1 kali 24 jam, selebihnya harga akan menurun karena
rendeman minyak sawitnya akan berkurang. Akibatnya petani sawit harus
bergantung kepada perusahaan dan dijerat utang ditengah inflasi yang
semakin meninggi. Hantaman telak terjadi ketika krisis yang terjadi di Amerika mempengaruhi seluruh perekonomian dunia yang mengakibatkan resesi
dan pasti akan menghantam pasar eksport yang berbasikan komoditas dimana
konsumen akan melakukan penundaan pembelian atau terpuruk karena daya
belinya menurun akibat biaya produksi yang meninggi dikarenakan angka
inflasi yang besar.
Dampak langsung ke petani sawit atas krisis ekonomi global ini mengakibatkan
permintaan minyak sawit dunia menurun, sehingga industri minyak sawit di
Indonesia harus dikurangi untuk mengimbangi suplay atas permintaan minyak
sawit yang menurun. Disisi lain turunnya permintaan minyak sawit berakibat
turunnya harga minyak sawit karena daya beli dan permintaan yang menurun,
artinya perusahaan tidak mau membeli TBS dari petani untuk menjaga supply
mereka cenderung lebih mengutamakan TBS yang berasal dari kebun inti mereka.
Ini mengakibatkan harga TBS di tingkat petani langsung terjun bebas.
Korban yang paling dirugikan dalam hal ini tentunya adalah petani sawit itu
sendiri, padahal klaim pemerintah dari total luasan kebun sawit 2,6 juta
merupakan kebun rakyat yang mempekerjakan 4,5 juta KK petani sawit disektor
ini. Setelah mereka bisa sedikit menikmati manisnya minyak sawit, hari ini
mereka terpuruk pada level yang terendah dengan harga TBS untuk petani
plasma pada bulan oktober dibawah Rp. 1060 / kg (kalbar) di Rp. 700 (kaltim)
Rp.800 (Jambi) itu tergantung umur tanam sawitnya[2], sementara bagi petani
swadaya yang tidak bisa dilindungi oleh aksi tengkulak sangat parah dimana
harga TBS hanya berkisar pada harga Rp 400-600 / kg bahkan salah satu
Kabupaten di Propinsi jambi TBS hanya dihargai Rp. 80/kg. padahal
berdasarkan data harga eksport dari kantor pemasaran bersama (joint market
office) PT. Perkebunan Nusantara harga komoditas eksport sawit update pada
tgl 20 oktober 2008 untuk sawit lokal masih berkisar pada RP 4211/ kg
sementara untuk sawit eksport Rp.490/ kg.
Sangat ironis dalam kondisi ini mereka tetap harus menanggung biaya kredit
diperbankan dengan bungga yang ikut meningkat juga (plasma), sementara untuk
memenuhi kebutuhan pangan tidak ada lagi tanah untuk menghasilkan akibat
sudah dikonversi menjadi sawit sehingga harus membeli. Bagaimana mereka
bisa bertahan ditengah inflasi yang sangat tinggi hari ini ?? akibatnya
dijambi dilaporkan ada petani yang bunuh diri akibat tidak mampu menahan
beban hidup, dilaporkan juga di Kabupaten Merangin banyak yang masuk rumah
sakit jiwa akibat stres dan kebanyakan berasal dari petani kelapa sawit.
Ketidakmampuan Rezim Dalam Mengurus Kekayaan Alam Dan Ekonomi Rakyat
Fenomena tersebut sesungguhnya bisa diantisipasi apabila kemauan dan
dedikasi yang tinggi untuk mensejahterakan rakyat ada pada nurani pimpinan
negeri ini. Platform ekonomi yang tidak bergantung pada eksport dan
diarahkan untuk pemenuhan dalam negeri seharusnya menjadi tumpuan utama.
Kondisi objektif Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam
namun penduduknya miskin, itu diakibatkan sumber-sumber fital rakyat telah
dikuasai oleh investor asing, semisal Freeport di papua, Exxon di aceh,
Aqua, Newmont dll. Pemerintah selalu saja sesumbar dan berdalih dengan teori
dan angka-angka statistik tanpa pernah melihat situasi ril yang terjadi pada
rakyatnya semisal petani sawit yang bunuh diri dijambi akibat menurun harga
TBS. Waktu krisis finansial terjadi di Amerika pada juli 2007 mulai
menandakan terjadinya krisis global, pemerintah Indonesia sesumbar bahwa
fundamentalis ekonomi makro Indonesai masih kuat. Bank Indonesia justru
mengatakan bahwa perlambatan perekonomian global yang ada di AS dan Eropa
tidak serta merta akan menurunkan ekspor barang Indonesia. Kenyataan
berbalik menjungkirbalikan semuanya, gejolak ekonomi global berdampak
langsung kepada perekonomian di Indonesia karena jika ekonomi AS melemah,
kinerja ekspor nasional akan terganggu, karena jika permintaan luar negeri
berkurang, industri akan melakukan penyesuaian antara lain mengurangi
produksi. Jika produksi dikurangi, tenaga kerja pun otomatis akan dikurangi
dan akibatnya pengangguran akan meningkat dan angka kemiskinan melonjak
karena kehilangan sumber produksi. Artinya, jika AS sakit, Indonesia terkena
langsung getahnya, rakyatlah yang menderita termasuk petani sawit dalam
sektor industri minyak sawit yang bergantung pada eksport.
Selain itu pasar finasial (saham) juga sangat terpengaruh oleh krisis
keuangan Amerika, sebab perputaran uang dipasar finansial -baik saham maupun
valas masih didominasai oleh aliran dana dari luar negeri, termasuk beberapa
perusahaan industri minyak sawit yang masuk dalam pasar saham ini dalam
Indeks Saham Gabungan (ISG). Pasar finansial merupakan dimana uang panas
"hot maney" bercokol. Artinya uang dalam pasar finansial bisa tiba-tiba
pergi dan bisa berdampak pada nilai tukar Rupiah. Bulan oktober 2008 nilai
tukar Rupiah bahkan anjlok hingga angka Rp 11.700 terhadap mata uang dolar
Amerika. Hal tersebut terjadi karena pasokan dollar dalam negeri menurun
akibat meningkatnya permintaan terhadap dollar. Hal ini wajar karena
kepercayaan terhadap mata uang dollar Amerika lebih besar dari pada mata
uang Rupiah sehingga orang lebih cenderung menukar mata uang dollar dalam
pasar finansial. Kondisi ini sangat ironis dengan pernyataan pemerintah
bahwa kekuatan perekonomian Indonesia masih kuat tapi justru masyarakat
tidak percaya terhadap Rupiah bahkan lebih percaya mata uang dollar Amerika
yang lagi mengalami krisis. Apa yang sebenarnya terjadi ? Tidak lain tidak
bukan karena uang tidak pernah mengenal nasionalisme, dimana menguntungkan
disitu dia akan bertengger.
Disisi lain akibat melemahnya Rupiah, nilai kredit perbankan menjadi lebih
tinggi dan berpengaruh langsung pada keuangan perusahaan dalam membayar
kredit apalagi perusahaan yang bersandar pada bahan baku import yang harus
dibeli dengan mata uang dollar. Akibatnya sector industri dalam negeri
mengalami pukulan dan akan meningkatkan pengangguran karena biaya produksi
meningkat dan akhirnya berujung pada kemiskinan, lagi-lagi rakyat yang
menderita.
Ketika krisis semakin jauh mempengaruhi ekonomi Indonesia pemerintah
kemudian panik dan membuat kebijakan yang tergesa-gesa tanpa antispasi sejak
awal. Pemerintah SBY -JK kemudian membuat 10 langkah yang harus ditempuh
untuk menghadapi krisis keuangan Amerika Serikat agar tidak memberikan
pengaruh buruk terhadap perekonomian Indonesia yang terkesan euphoria
ditengah inflasi yang sudah meninggi dan tingkat kepercayaan masyarakat yang
lemah terhadap pemerintah dan nilai tukar Rupiah yang sudah mencapai angka
Rp.11.000. Indonesia kemudian ikut-ikutan mengikuti paket kebijakan "bail
out" Amerika yang sempat di tolak oleh DPR nya Amerika namun kemudian
disetujui oleh kongres Amerika yang memuat tiga hal yaitu : pengucuran dan
sebesar US $ 700 miliar untuk membeli utang kredit perumahan yang terkena
masalah, menaikan jaminan simpanan di Bank sebesar US $ 100.000 menjadi US $
250.000./orang dan membolehkan lembaga penjamin simpanan untuk meminjam dana
talangan sebesar apapun kepada negara. Perpu nomor 4 tahun 2008 diterbitkan
pemerintah untuk menjamin kesulitan likuiditas dan persoalan perbankan dalam
menghadapi krisis juga dadakan diterbitkan. Perusahan milik Pemerintah
kemudian diperintahkan untuk membeli kembali (buyback) saham-saham BUMN yang
diparkir diluar negeri untuk menjaga krisis jatuhnya Rupiah, sangat ironis
dengan gembar-gembor privatisasi BUMN yang sebelumnya digaungkan oleh
pemerintah. Selain itu juga BI menaikan jaminan tabungan hingga mencapai 2
miliar rupiah tentunya bagi pemodal dan orang kaya, sementara petani sawit
harus berusaha mencari penghasilan tambahan untuk melunasi cicilan kredit
diperbankan.
Lagi -lagi rakyat miskin dikorbankan untuk menjaga stabilitas pertumbuhan
ekonomi. Kenyataan dilapangan ditingkat rakyat kecil sama sekali tidak
tersentuh dengan paket kebijakan ini malah memberi intensif bagi orang kaya
situan kapitalis yang akan semakin menghisap darah buruh dan tani di negeri
ini, termasuk petani sawit.

[1] Imprealisme merupakan tahapan tertinggi kapitalisme monopoli di dunia
[2] Harga sawit untuk plasma ditentukam melaui perhitungan angka Indeks-K
yang di terbitkan oleh Gubernur berdasarkan kepmenhutbun NOMOR :
627/Kpts-II/ 1998. Namun harga tersebut tidak diterima penuh oleh petani
karena masih dipotong berbagai komponen sehingga yang diterima petani bisa
setengah dari harga TBS tersebut.

Seberapa besar pengaruh krisis global dalam perekonomian Indonesia

MENYELAMATKAN PEREKONOMIAN INDONESIA DARI KRISIS FINANSIAL GLOBAL






Krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat telah membawa dampak bagi stabilitas perekonomian dunia. Krisis tersebut berawal dari pemberian kredit yang sangat ekspansif (mekanisme Sub Prime Mortgage), sehingga menyebabkan lembaga keuangan dan penjamin simpanan mengalami kerugian. Keadaan tersebut memicu hilangnya kepercayaan kepada lembaga keuangan dan pasar keuangan. Keterikatan sistem keuangan dengan pasar keuangan global pada akhirnya membawa dampak krisis tersebut bagi perekonomian dunia.

Sebagai negara yang menjadi bagian dari perekonomian dunia, Indonesia akan terkena dampak langsung maupun tidak langsung dari krisis keuangan di Amerika Serikat. Pertanyaan kritis yang patut diajukan adalah, apakah dampak krisis keuangan Amerika Serikat tersebut akan sangat serius bagi Indonesia, sehingga kita dapat kembali pada situasi krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang lalu? Melihat pra kondisi, faktor pemburuk isu-isu non-ekonomi yang sungguh berbeda antara keadaan tahun 1998 dengan tahun 2008, maka kekhawatiran akan terjadinya kembali krisis seperti pada tahun 1998, menurut Presiden Yudhoyono adalah sesuatu yang berlebihan. Tentunya apabila policy respons dari Pemerintah dan Bank Indonesia mendapat dukungan masyarakat dengan menghindari kepanikan serta tetap berpikir positif dan rasional.

Perbandingan Situasi 1998 dengan 2008
Dihadapan peserta Sidang Kabinet Paripurna pada tanggal 15 Oktober 2008 di Gedung Utama Setneg Lantai 3, Presiden RI menjelaskan adanya situasi yang berbeda antara tahun 1998 pada saat Indonesia menghadapi krisis keuangan, dengan situasi 2008 saat ini. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 merupakan efek dari krisis yang terjadi di Asia. Krisis tersebut disebabkan oleh tiga hal utama, yakni fundamental, market panic dan vulnerabilities, yang akhirnya menghantam Indonesia sampai pada titik nadir, yakni membuat terjadinya perubahan kepemimpinan. Krisis di Indonesia menjadi sangat ”severe” karena faktor-faktor lain ikut memperburuk situasi, seperti misgovernment, corruption, political transition, insecurity of the ethnic chinese, the fall of oil price, suffered from drought, dan the break down in public order and communal effect.

Situasi perekonomian Indonesia waktu itu lebih buruk lagi, yang ditandai oleh lack of demand, drastic decline in private investment, public investment expenditures were reduced significantly, drastic fall in output, dan drastic fall in real income. Sementara itu budget deficit pada tahun 1998 mencapai 8,5 % dari GDP. Tidak seperti yang dianjurkan Keynes mengenai ekspansi fiskal - yakni anggaran diperuntukkan bagi stimulasi pertumbuhan-, pada kenyataannya anggaran lebih banyak digunakan untuk food and othes subsidies for the poor atau social safety net.


Pada tahun 1999, proses recovery atas kondisi krisis disandarkan pada 4 (empat) langkah kebijakan, yakni the restoration of private demands, the restoration of confidence, the efficient cleaning up of the banking system, and the corporate debt resolution. Sampai dengan tahun 2008, telah banyak kemajuan yang dicapai oleh pemerintahan di era reformasi. Berbagai macam perbaikan pada semua sektor mulai dilakukan, sehingga menyebabkan situasi yang ada pada tahun 2008 berbeda dengan situasi pada tahun 1998 pada saat menghadapi krisis.


Berbagai macam capaian dan kemajuan dalam perekonomian, merupakan modal tersendiri bagi Indonesia untuk menghadapi krisis keuangan 2008 dengan optimis dan percaya diri sehingga diharapkan tidak lagi menjadi krisis ekonomi serius seperti tahun 1998. Situasi tersebut antara lain, pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jalur di atas 6 %, size perekonomian meningkat lebih dari dua kali yang diiringi dengan pendapatan per kapita, sumber pertumbuhan makin bertumpu pada sumber dalam negeri, risiko ekonomi makro makin menurun, perbankan yang jauh lebih sehat, dan persiapan menghadapi krisis yang lebih baik.


Direktif Presiden
Dengan situasi yang berbeda dan jauh lebih baik dibanding tahun 1998, menurut Presiden Yudhoyono pada Sidang Kabinet, yang tidak hanya dihadiri para Menteri dan Ketua/Kepala LPND, tapi juga dihadiri oleh para Gubenur, KADIN Pusat dan KADIN Daerah, dinyatakan bahwa tidak sepatutnya muncul kepanikan dalam menghadapi krisis keuangan Amerika Serikat. Dengan tetap berpikir positif dan rasional, situasi krisis justru akan dapat dihadapi dengan elegan.

Direktif Pertama
Tetap optimis, bersatu dan bersinergi untuk memelihara momentum pertumbuhan serta mengelola dan mengatasi dampak krisis keuangan Amerika Serikat. Dengan sikap seperti itu, diharapkan kepercayaan masyarakat tetap terjaga.

Direktif Kedua
Pertahankan pertumbuhan ekonomi sebesar 6%, dengan menjaga pembelanjaan pemerintah, investasi, ekspor dan impor. Krisis tahun 1998 memberikan pelajaran mengenai pentingnya sabuk pengaman perekonomian, salah satunya dengan memanfaatkan perekonomian domestik.

Direktif Ketiga
Optimalkan APBN 2009 untuk tetap memacu pertumbuhan dan membangun social safety net. Alokasi untuk pembangunan infrastruktur dan stimulasi pertumbuhan lainnya harus cukup (growth and employment), serta yang lebih penting juga adalah alokasi untuk penanggulangan kemiskinan (social safety net) harus tetap tercukupi. Melalui program 3 kluster, yakni: kluster pertama, Jaminan Sosial melalui Bantuan Langsung Tunai, Beras untuk Rakyat Miskin (Raskin), Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Program Keluarga Harapan (PKH); kluster kedua, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (Mandiri); serta kluster ketiga, Kredit Usaha Rakyat – pemerintah berupaya sekuat tenaga untuk tetap memenuhi hak-hak kaum miskin. Defisit anggaran juga harus tepat dan rasional, sehingga tetap dapat dibiayai dalam situasi keuangan global saat ini dan tidak mengganggu pencapaian “sasaran kembar” yakni pertumbuhan dengan pemerataan (growth with equity). Selain itu efisiensi dan pembatasan pada pembelanjaan yang konsumtif dan yang dapat ditunda harus tetap dilakukan.

Direktif Keempat
Dunia usaha (sektor riil) harus tetap bergerak, meskipun ekspansi bisa berkurang. Dengan demikian pajak dan penerimaan negara tetap terjaga serta pengangguran tidak bertambah. Kondisi ini menuntut BI (dengan jajaran perbankan) untuk dapat menjamin kredit dan likuiditas. Pemerintah dalam hal ini telah mengeluarkan kebijakan regulasi, iklim dan insentif agar sektor riil tetap bergerak. Sementara itu kalangan swasta memiliki kewajiban untuk lebih resilient dan terus mempertahankan kinerja, tetap mencari peluang, dan share the hardship.

Direktif Kelima

Cerdas menangkap peluang (opportunity) untuk melakukan perdagangan dan kerjasama ekonomi lainnya dengan dunia. Peluang yang ada itu antara lain, ekonomi Asia -terutama RRC- diperkirakan dalam kondisi yang stabil. Kesempatan pertemuan puncak ASEM di Beijing harus ditangkap dengan baik. Kondisi lainnya juga harus dicermati, seperti diperkirakannya pasar di Amerika dan Eropa akan lebih tertutup/melemah, sehingga akan mempengaruhi ekspor Indonesia. Bagi Indonesia, tantangan seperti itu harus dijawab dengan menghasilkan produk-produk yang lebih kompetitif.

Direktif Keenam

Kampanye besar-besaran untuk mengkonsumsi produk-produk dalam negeri. Agar nett ekspor-impor positif dan agar neraca pembayaran (BOP) tidak terancam defisit. Apalagi Visi 2005 telah menetapkan pasar domestik menjadi semakin kuat dan tumbuh. Menteri terkait perlu memberikan insentif/disinsentif agar semua kalangan benar-benar lebih mengkonsumsi produk dalam negeri. Instruksi kepada jajaran pemerintah (melalui Inpres) agar dalam procurement mengutamakan produk industri nasional (dengan menghentikan budaya fee yang tidak masuk akal). Mencegah dumping barang luar negeri yakni barang-barang yang tidak tembus ke pasar Amerika Serikat, yang belok ke pasar ”emerging markets”.

Direktif Ketujuh
Perkokoh sinergi dan kemitraan (partnership) diantara Pemerintah, Bank Indonesia, dan Swasta/Dunia Usaha. Upaya ini dilakukan dengan mencegah dan menghilangkan mistrust dan prejudice dengan motto ”semua berperan semua penting”. Swasta/Bisnis berperan dalam pajak dan lapangan kerja, sehingga berdampak pada penerimaan (revenue) untuk membiayai pembangunan, sementara BI dan perbankan dengan menggunakan kebijakan moneter untuk mendanai sektor riil dan mengelola inflasi. Jika ada masalah kiranya dapat dipecahkan dengan baik, mencegah tindakan unilateral sepanjang bukan merupakan tindakan yang melanggar hukum. Pengalaman krisis 1998 yang menjadi pelajaran penting agar tidak terulang lagi adalah tidak adanya saling kepercayaan, tidak ada kebersamaan, sikap mental buruk yakni ”perusahaan boleh bangkrut, tetapi saya pribadi harus tetap jaya” atau ”sambil ngurusi, cari rejeki (alias korupsi)”

Direktif Kedelapan

Hentikan dan ubah sikap ego sektoral dan business as usual. Saat ini bukan saatnya lagi untuk berlarut-larut dalam konflik diantara lembaga pemerintah, lembaga negara atau antara pemerintah dan swasta. Dengan situasi perekonomian yang berat dan kondisi rakyat yang semakin susah dalam menghadapi hidup, konflik seperti itu memalukan, menghambat momentum dan merusak kepercayaan. Betapapun penting dan kuatnya sebuah institusi tidak akan pernah bisa bekerja sendiri.

Direktif Kesembilan
Memasuki tahun politik (2008-2009) yang perlu ditonjolkan adalah politik non partisan (untuk kepentingan rakyat), dengan menomor-duakan kepentingan kelompok. Dengan tahun politik tersebut, Pemerintah, Bank Indonesia, DPR, DPD, kalangan Bisinis, dan pelaku lainnya diharapkan sungguh-sungguh dapat berperan positif dan konstruktif.

Direktif Kesepuluh
Perlunya komunikasi yang tepat dan bijak kepada rakyat. Bersikap jujur dengan tidak memberi angin surga, namun tetap positif dan optimis sehingga tidak menimbulkan kepanikan. Mencegah statement yang bukan kewenangannya, maupun yang tidak perlu.

Pembangunan Ekonomi ke Depan : Grand Srategy
Dalam arahannya dihadapan peserta Sidang Kabinet, Presiden Yudhoyono menetapkan 8 (delapan) grand strategy pembangunan ekonomi ke depan yaitu :
  1. Menggunakan dan meningkatkan sumber-sumber pembiayaan dalam negeri, agar tidak senantiasa terhantui oleh bahaya arus modal ke luar negeri (capital out flow)
  2. Meningkatkan tabungan (saving) dalam negeri sebagai sumber investasi domestik
  3. Memperkuat perekonomian domestik, termasuk pasar dalam negeri, agar pertumbuhan perekonomian (growth) tidak hanya mengandalkan ekspor, yang setiap saat bisa terancam manakala ekonomi dunia mengalami resesi.
  4. Meningkatkan daya beli masyarakat, demikian juga spending pemerintah dan swasta, agar pasar domestik makin tumbuh dengan baik.
  5. Menggalakkan penggunaan produk dalam negeri (barang dan jasa), agar neraca pembayaran kita aman (tidak defisit) dan devisa kita tidak terkuras
  6. Meningkatkan ketahanan dan kecukupan kebutuhan rakyat, terutama pangan, agar ketika dunia mengalami krisis ekonomi, kebutuhan rakyat tetap dapat dipenuhi.
  7. Memajukan ekonomi daerah di seluruh provinsi, kabupaten dan kota agar semua daerah dapat menjadi sumber, kekuatan dan sabuk pengaman perekonomian nasional.
  8. Mengelola dan mendayagunakan sumber daya alam, terutama minyak, gas, batubara dan minyak kelapa sawit, agar benar-benar dapat meningkatkan penerimaan negara, dan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Instruksi Khusus kepada Gubernur, Bupati dan Walikota
Dalam sistem pemerintahan desentralisasi, pemerintah daerah memiliki peran yang strategis dan penting untuk menopang kekuatan nasional. Oleh karena itu, Presiden Yudhoyono juga telah memberikan instruksi khusus kepada Gubernur, Bupati dan Walikota, yaitu :
  1. Bangun ekonomi di daerah agar terus tumbuh (growth), jaga stabilitas harga (inflation), ciptakan terus lapangan kerja (employment), terus kurangi angka kemiskinan (poverty reduction)
  2. Ke depan, pidato Presiden di hadapan DPR dan DPD akan mencantumkan capaian/kinerja masing-masing provinsi, kabupaten dan kota tentang 4 (empat) hal yaitu growth, inflation, unemployment, poverty.
Demikian direktif Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dihadapan peserta Sidang Kabinet tanggal 15 Oktober 2008, yang dihadiri tidak hanya para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu, tapi juga para Gubernur, Ketua KADIN Pusat dan ketua KADIN Daerah tingkat provinsi seluruh Indonesia.

Seberapa besar pengaruh krisis global dalam perekonomian Indonesia

PENGARUH KRISIS MONETER AMERIKA SERIKAT

A. KRISIS MONETER DI AMERIKA SERIKAT

Sebelum membahas lebih jauh, mari kita simak pendapat Fauzi Ichsan, Senior Vice President Standard Chartered Bank, yang menceritakan dengan cukup detail tentang krisis moneter yang pernah terjadi. “Lama saya mengira bahwa krisis ekonomi terparah yang pernah saya alami adalah krisis moneter (krismon) Asia pada tahun 1997/1999. Ternyata dampak krismon Asia kalah jauh dibandingkan dengan krisis finansial yang melanda dunia sekarang. Sewaktu krismon Asia, setidaknya ada ’surga aman’ atau ’safe heaven’ bagi para investor global, yaitu di Amerika Serikat, Eropa dan Jepang. Investor bisa menjual saham dan surat utangnya di Indonesia, Thailand dan Korea (walau rugi) yang mengalami krisis, dan membeli saham di bursa New York dan London. Sekarang, negara safe heaven pun mengalami krisis ekonomi yang parah. Investor kesulitan mencari safe heaven untuk memarkir dananya dan, karena pasar saham, surat utang dan komoditas semuanya anjlok, cash is king again“.

Seberapa parah krisis finansial dunia ini?

Patokan ada. Lehman Brothers, Bear Stearns, Merrill Lynch, AIG, Freddie Mac dan Fannie Mae, sebagai lembaga finansial raksasa AS, selamat menghadapi resesi ekonomi AS paska serangan teroris tahun 2001. Mereka selamat manghadapi resesi ekonomi dunia akibat embargo minyak OPEC tahun 1973 dan selamat menghadapi dua perang dunia. Mereka juga selamat menghadapi resesi ekonomi dunia tahun 1930-an yang sering disebut “the great depression”, akibat krisis keuangan AS pada 1929.

Namun, mereka tidak selamat menghadapi krisis kredit pembelian rumah (KPR) subprime di AS pada 2007/2008. Artinya, terpuruknya beberapa lembaga keuangan terbesar di dunia tersebut adalah indikasi bahwa permasalahan ekonomi AS dan dunia sekarang memang jauh lebih parah dari perkiraan kita sebelumnya.

Dari uraian di atas, kita tahu bahwa krisis moneter di Amerika Serikat akhir-akhir ini telah mewabah ke berbagai benua dan dipastikan lebih parah dari krisis yang sudah pernah terjadi.

B. DAMPAK SECARA GLOBAL

Krisis moneter di Amerika Serikat kali ini menumbulkan dampak luar biasa secara global. Hal ini bisa dilihat dari kepanikan investor dunia dalam usaha mereka menyelamatkan uang mereka di pasar saham. Mereka ramai-ramai menjual saham sehingga bursa saham terjun bebas. Sejak awal 2008, bursa saham China anjlok 57%, India 52%, Indonesia 41% (sebelum kegiatannya dihentikan untuk sementara), dan zona Eropa 37%. Sementara pasar surat utang terpuruk, mata uang negara berkembang melemah dan harga komoditas anjlok, apalagi setelah para spekulator komoditas minyak menilai bahwa resesi ekonomi akan mengurangi konsumsi energi dunia.

Di AS, setelah melihat bursa saham Wall Street terus melorot, akhirnya kongres menyetujui program penyelamatan sektor keuangan (troubled asset recovery program - TARP) senilai US$ 700 miliar yang diajukan oleh pemerintah. Namun, karena lamanya negosiasi politik antara pemerintah dan kongres, investor kecewa melihat politikus di Washington tidak memiliki sense of crisis.

Krisis pasar modal (saham dan surat utang) global pada dasarnya hanya memengaruhi investor pasar modal. Tetapi krisis perbankan global bisa mempengaruhi sektor riil ekonomi dunia, termasuk Indonesia. Inti cerita yang terjadi adalah sektor perbankan AS sedang terpuruk, kekurangan modal, dan enggan meminjamkan dolarnya, termasuk ke bank-bank internasional di Eropa dan Asia.

Akibatnya, perbankan internasional kekurangan dolar untuk memberi pinjaman ke para pengusaha dunia yang membutuhkan dolar untuk investasinya (untuk impor mesin, bahan baku, dan sebagainya), termasuk di Indonesia.

Kita sudah tahu bahwa dolar AS merupakan mata uang inti dalam dunia usaha. Akibatnya, walaupun suku bunga bank sentral AS (atau Fed Funds Target Rate) sampai diturunkan ke 1,5%, suku bunga London Inter-Bank Offer Rate (LIBOR), sebagai patokan suku bunga yang digunakan oleh pelaku ekonomi, melonjak tajam.

Masalah rumit yang terjadi sekarang, macetnya sistem pembayaran dan penyaluran kredit global sebagai ‘oksigen untuk napasnya dunia bisnis’. Suku bunga bank sentral bisa rendah, tetapi suku bunga kredit untuk pelaku bisnis, kalaupun bisa dapat pinjaman, sangat tinggi karena perbankan ketakutan meminjamkan dananya. Menurut para ahli ekonomi, sebenarnya hal itu merupakan bahaya sektor perbankan global. Jadi, bukan anjloknya pasar saham, yang sebetulnya bisa melumpuhkan pertumbuhan ekonomi dunia secara perlahan.

Akhirnya, bank sentral dunia mengerti betapa pentingnya melakukan kebijakan yang terkoordinasi. Tujuh bank sentral (termasuk US Federal Reserve, European Central Bank, Bank of England dan Bank of Canada) akhirnya memangkas suku bunganya 0,5%. Ini merupakan yang pertama kalinya kebijakan suku bunga bank sentral dilakukan secara bersamaan dalam skala yang besar. Terjadi di tahun 2008 ini.

Hal lain yang dilakukan adalah kebijakan terkoordinasi bank sentral dan pemerintah dunia selebihnya harus ditujukan untuk memenuhi tiga sasaran. Pertama, memulihkan kembali sistem perbankan dan pembayaran global yang lumpuh agar sirkulasi dana internasional bisa normal kembali – dan bank bisa memberi kredit lagi.

Kedua, mengeluarkan aset bermasalah (terutama surat utang KPR subprime) dari perbankan AS dan memperbesar modal perbankan agar lebih bisa memberi kredit dalam jumlah yang bisa mendukung pertumbuhan ekonomi.

Ketiga, bank sentral dunia harus berani terus menurunkan suku bunga (untuk membantu meringankan bunga kredit) dan, yang lebih penting, pemerintah harus memperbesar belanjanya untuk pembangunan infrastruktur dan memberi stimulus ekonomi – karena investor swasta enggan berinvestasi dalam krisis likuiditas.

Kebijakan di atas bisa berhasil, bisa juga gagal. Hal tersebut beralasan karena kebijakan ekonomi berskala global belum pernah dilakukan dalam sejarah, tetapi risiko terjadinya resesi ekonomi dunia yang parah akan lebih besar kalau bank sentral dan pemerintah dunia tidak melakukan apa-apa.

Kalau berhasil, kapan hasilnya akan kelihatan? Paling cepat dua tahun. Artinya, resesi ekonomi AS dan Eropa akan lebih parah (sementara pertumbuhan ekonomi dunia melambat) pada 2009, sebelum pulih pada 2010. Kenapa? Karena titik terburuk ekonomi AS dan Eropa belum tercapai: misalnya, turunnya harga properti AS (pemicu krisis subprime) belum berakhir (jumlah rumah yang belum terjual masih terlalu banyak), pabrik masih melakukan PHK masal dan masih banyak bank yang harus bangkrut.

Selain itu, dampak stimulus kebijakan moneter dan fiskal memang makan waktu lebih dari satu tahun. Kalau ekonomi dunia baru pulih 2010, kapan pasar saham global pulih? Paling cepat semester 1, 2009, karena pasar saham biasanya menguat 6-9 bulan sebelum sektor riil ekonomi pulih.

C. DAMPAK DI INDONESIA

Dampak resesi ekonomi AS dan Eropa terhadap Indonesia tentunya negatif, tetapi karena net-ekspor (ekspor dikurangi impor) hanya menggerakkan sekitar 8% dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia, maka dampaknya relatif kecil dibandingkan dengan negara tetangga yang ketergantungan ekspornya ke AS besar, misalnya Hong Kong, Singapura, dan Malaysia.

Seperti pada tahun 2001/2002, atau terakhir kali AS mengalami resesi, ada tiga negara di Asia yang tidak terlalu terpukul ekonominya: China, India, dan Indonesia. Ketiga negara ini memiliki penduduk yang banyak sehingga belanja masyarakatnya merupakan motor penggerak ekonomi yang kuat. Untuk ekonomi Indonesia, dampak negatif kenaikan harga bahan bakar minyak sebesar 125% pada 2005 jelas lebih besar dari pada dampak resesi ekonomi AS.

Namun demikian, krisis finansial global dan lumpuhnya sistem perbankan global yang berlarut akan berdampak sangat negatif terhadap Indonesia, karena pembiayaan kegiatan investasi di Indonesia (baik oleh pengusaha dalam maupun luar negeri) akan terus menciut, penyerapan tenaga kerja melambat dan akibatnya daya beli masyarakat turun, yang akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi.

Dari sini kita tahu bahwa dampak krisis moneter di Amerika Serikat terhadap perekonomian Indonesia tidak hanya pada melemahnya nilai tukar Rupiah, namun juga pada berbagai sector lain yang lebih rumit. Berikut akan dijelaskan dengan singkat.

Rupiah Melemah

Akibat krisis moneter di Amerika Serikat, nilai tukar rupiah melemah dan sempat menembus Rp 9.860 per USD. Di pasar antarbank, rupiah bahkan sempat menembus Rp 10.000 per USD. Pelemahan rupiah yang terjadi saat ini masih sejalan dengan beberapa mata uang lainnya.

Berbeda dengan krisis 1997, BI kini juga telah mengetahui pencatatan valas perbankan. BI juga tetap waspada dan terus menjaga agar tidak terjadi pergerakan gejolak yang terlalu besar. BI sebagai bank sentral meminta pasar tidak panik menghadapi situasi saat ini.

Turbulensi di pasar finansial saat ini terjadi di seluruh dunia. Bank sentral akan terus memantau perkembangan ekonomi global, dan berusaha agar dampaknya bisa seminimal mungkin.

Jatuhnya Bursa Saham

Dampak lain yang terjadi akibat krisis moneter di Amerika Serikat adalah jatuhnya bursa saham yang terjadi dalam pertengahan Oktober 2008. Meskipun para ahli ekonomi menilai kecil kemungkinan krisis ini menjelma menjadi krisis ekonomi berupa ambruknya perbankan dan sektor riil. Namun untuk meningkatkan kepercayaan pelaku pasar, pemerintah sebaiknya fokus menjaga daya beli masyarakat.

Pada hari Jumat tanggal 10 Oktober 2008, pemerintah membatalkan rencana pembukaan kembali perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang ditutup pada hari Rabu, 8 Oktober 2008. Hal ini dilakukan karena otoritas bursa ingin melindungi emiten. Emiten perlu dilindungi dari kemungkinan keterpurukan nilai harga saham akibat sentimen negatif pasar terhadap kondisi keuangan global yang sedang krisis.

Para ahli menilai tingkat krisis yang dihadapi Indonesia sangat berbeda dengan Amerika Serikat (AS), Eropa, dan negara maju lainnya. Di AS, krisis telah merasuk ke semua sektor, mulai dari pasar modal, perbankan, hingga sektor riil.

Namun, di Indonesia krisis hanya terjadi di pasar modal. Krisis yang terjadi di pasar modal dinilai tidak mudah bertransmisi ke sektor lain mengingat kontribusi pasar modal dalam sistem keuangan Indonesia amat kecil.

Wakil Presiden Jusuf Kalla juga memberikan pendapatnya di sebuah surat kabar bahwa sebenarnya ekonomi tidak terlalu terpengaruh dengan ambruknya bursa dunia, seperti Wall Street. ”Perbedaannya, kita banyak menggantungkan pada ekonomi domestik. Seperti di AS, pengaruh bursa itu sampai 1,5 kali dari produk domestik bruto mereka. Kalau kita pengaruhnya hanya 20 persen. Jadi, jangan terlalu dirisaukan,” kata Wakil Presiden dalam sebuah wawancara di media massa.

Penyesuaian yang terjadi di pasar modal dan nilai tukar domestik merupakan hal wajar karena seluruh dunia terkena imbas krisis keuangan AS. Penurunan ekonomi AS dan Eropa dinilai tidak perlu dikhawatirkan mengingat peran mereka dalam perdagangan dunia makin menyusut. Sebagai gantinya, kini muncul kekuatan ekonomi baru, seperti China, India, dan Rusia.

Krisis keuangan global yang terjadi saat ini merupakan koreksi atas kesenjangan (gap) yang terjadi antara pertumbuhan sektor riil dan sektor finansial. Koreksi berupa penurunan harga-harga di sektor finansial dan kenaikan harga-harga di sektor riil, seperti harga komoditas.

Hal tersebut memberikan gambaran kepada kita bahwa meskipun krisis moneter di Amerika Serikat telah memicu krisis ekonomi global, dan di Indonesia juga terkena dampaknya dengan melemahnya nilai Rupiah dan jatuhnya pasar saham, kita tidak perlu khawatir karena krisis tersebut tidak akan melumpuhkan perekonomian Indonesia seperti yang terjadi pada sepuluh tahun yang lalu.

Pengaruh Sidang APEC di Singapura

BERTEMU OBAMA: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saling berjabat tangan dengan Presiden Amerika Barack Obama saat mengadakan pertemuan disela KTT APEC di Singapura, Minggu (15/11). Obama mengungkapkan keinginannya untuk membawa serta istrinya Michelle Obama dan kedua anaknya Malia dan Natasha saat berkunjung ke Indonesia. (FOTO ANTARA/REUTERS/Jim Young)

Singapura (SIB)
Di sela-sela pertemuan KTT APEC di Singapura, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden AS Barack Obama. Pertemuan SBY dan Obama berlangsung sekitar 45 menit.
Dalam pertemuan yang berlangsung di Hotel Shangrila, tempat Obama menginap, Minggu (15/11), kedua pemimpin negara itu membahas berbagai hal. Sepeti peningkatan kerja sama dua negara secara komprehensif di bidang pendidikan, kesehatan, teknologi dan energi.
Pertemuan SBY-Obama yang sedianya dilakukan pukul 16.30 baru bisa dilangsungkan pukul 17.00 waktu Singapura, karena pertemuan antara pemimpinan negara ASEAN dan AS diperpanjang. Hal itu menyebabkan pertemuan bilateral SBY dan Perdana Menteri Vietnam Nguyen Tan Dung dibatalkan.
Hadir delegasi Indonesia mendampingi SBY Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, Menteri Perindustrian MS Hidayat, dan Priyo Budi Santoso. Dari pihak AS hadir Menteri Luar Negeri Hillary Clinton.
INDONESIA-AS SEPAKAT PERBAHARUI KOMITMEN HUBUNGAN DWIPIHAK
Pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat (AS) sepakat untuk memperbaharui komitmen dan meningkatkan hubungan kedua negara ke tahap yang lebih tinggi.
Hal itu dikemukakan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Hotel Shangri-La, Singapura, Minggu petang, seusai melakukan pertemuan dwipihak dengan Presiden AS Barack Obama .
“Kami memperbarui komitmen untuk meningkatkan hubungan ke tingkat yang lebih tinggi, mencapai kemitraan komprehensif,” kata Presiden.
Menurut Kepala Negara, selama ini kedua negara telah melakukan kerja sama di berbagai bidang, antara lain perdagangan, investasi, pendidikan, teknologi, perubahan iklim, sandang pangan dan energi, upaya mengatasi penyakit menular, terorisme serta hubungan antar masyarakat.
“Presiden Obama dan saya melakukan diskusi yang sangat baik tentang berbagai isu yang menjadi kepentingan bersama… Saya berterimakasih atas kesempatan kerja sama antara Indonesia dan AS,” ujarnya.
Lebih lanjut Presiden Yudhoyono menyebut Obama sebagai sahabat Indonesia yang mengenal Indonesia dengan baik.
Kepala Negara juga mengapresiasi pandangan-pandangan Obama yang segar dan baru terhadap berbagai isu internasional terutama jangkauan positif terhadap dunia Islam.
Di akhir pidatonya Presiden Yudhoyono berkata bahwa ia menanti kesempatan menyambut kedatangan Obama ke Indonesia tahun depan.
Seusai melakukan pertemuan dwipihak dengan Obama, Presiden kemudian menuju KBRI di Singapura untuk melakukan ramah tamah dengan masyarakat Indonesia.
Presiden beserta rombongan dijadwalkan mengakhiri kunjungannya di Singapura pada Senin (16/11) pagi.
OBAMA APRESIASI PENGARUH INDONESIA DI DUNIA INTERNASIONAL
Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama mengapresiasi pengaruh besar peran Indonesia di dunia internasional.
“Indonesia penting di kawasan Asia, sebagai anggota G20, sebagai negara demokrasi terbesar di dunia dan negara berpenduduk Islam terbesar di dunia, memiliki pengaruh besar sekali dan menjadi teladan seluruh pembangunan demokrasi dan hubungan antaragama,” katanya.
Oleh karena itu ia berharap Indonesia dan AS dapat terus menjaga hubungan baik yang telah terjalin lama.
Ia mengatakan bahwa dalam pertemuan dwipihak yang berlangsung lebih kurang 40 menit itu, kedua delegasi mendiskusikan berbagai macam hal, terutama untuk meningkatkan hubungan dwipihak.
“Kita bisa meningkatkan hubungan bilateral yang lebih baik dengan
kemitraan yang komprehensif yang akan menyangkut kesehatan, pendidikan, tenaga kerja, dan pemberantasan terorisme,” katanya.
Ia mengemukakan bahwa topik-topik itu akan mendapat perhatian pada bulan-bulan dan tahun-tahun mendatang.
“Kami juga mendiskusikan tantangan yang lebih luas untuk mendapatkan kesempatan dan kesepakatan dalam (pertemuan perubahan iklim) Copenhagen,” ujarnya.
Obama yang petang itu mengenakan setelan jas berwarna hitam dengan dasi yang senada juga mengemukakan komitmen AS dan Indonesia dalam menstabilkan perekonomian dan pertumbuhan dunia baik melalui perdagangan, investasi maupun pertumbuhan yang inklusif.
PRESIDEN OBAMA INGIN AJAK KELUARGA KE INDONESIA
Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama mengungkapkan keinginannya untuk membawa serta istrinya —Michelle Obama— dan kedua anaknya —Malia dan Natasha— saat berkunjung ke Indonesia.
“Saya akan berkunjung ke Indonesia tahun depan dan saya harap Michelle dan anak-anak saya bisa berkunjung ke tempat saya (tinggal) dulu,” kata Presiden Obama
Dalam pertemuan dwipihak itu kedua kepala pemerintahan saling melemparkan pujian satu sama lain.
Presiden Obama memuji kepemimpinan Presiden Yudhoyono serta Indonesia yang menjadi teladan dalam kehidupan demokrasi dan juga harmonisasi kehidupan umat beragama di Indonesia.
Ia juga menyebut mengenai hubungan baik antara Amerika Serikat dan Indonesia yang telah terjalin lama.
Sementara itu Presiden Yudhoyono mengatakan bahwa Presiden Obama mengenal Indonesia dengan baik dan dia mendapat penghormatan luas di Indonesia.
Presiden Yudhoyono juga mengucapkan terima kasih atas pandangan-pandangan baru Obama yang luas, terutama tentang umat Islam.
Dalam pertemuan tersebut masing-masing kepala pemerintahan didampingi oleh para menteri masing-masing. Kedua delegasi duduk berhadapan dengan jarak lebih kurang satu setengah meter tanpa terhalang meja.
Mulanya beredar kabar bahwa Presiden Obama dijadwalkan untuk melakukan lawatan ke Indonesia pada November 2009, sebelum atau sesudah mengikuti pertemuan puncak APEC, dalam rangkaian tur ke Asia-nya.
Namun pada Oktober lalu, Juru Bicara Kepresidenan Dino Patti Djalal menyebutkan bahwa Presiden Obama menunda kunjungannya ke Indonesia karena menginginkan suatu lawatan yang lebih emosional bukan sekedar suatu kunjungan yang terburu-buru.
Barack Obama yang menjadi presiden keturunan kulit hitam pertama AS pernah melewatkan masa kecilnya di Indonesia dan berayah tiri seorang WNI.
Oleh karena itu Obama memiliki banyak kenangan di Indonesia yang beberapa kali disebutnya dalam sejumlah kesempatan ingin kembali diulangnya, termasuk menikmati sejumlah makanan khas Indonesia.
YUDHOYONO-OBAMA BERDAMPINGAN DALAM SESI FOTO APEC
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berdiri berdampingan dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama dalam sesi foto bersama para pemimpin ekonomi negara-negara anggota Forum Kerja sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC).
Menurut laman resmi APEC Singapura 2009, Minggu dini hari, kedua kepala negara itu tampak mengenakan busana APEC 2009 —busana peranakan— berwarna sama yaitu biru tua.
Pada sesi foto itu Obama berdiri diapit oleh Presiden Yudhoyono dan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong.
Sesi foto bersama —yang merupakan tradisi APEC— itu dilakukan di salah satu simbol kebanggaan rakyat Singapura, Esplanade, Sabtu malam, seusai acara jamuan santap malam dan pertunjukan kebudayaan.
Sebelumnya Presiden Obama disebut-sebut akan melewatkan sesi jamuan santap malam itu karena terlambat tiba di Singapura untuk mengikuti rangkaian pertemuan puncak ke-17 APEC akibat insiden penembakan di pangkalan militer AS yang menewaskan sedikitnya 13 prajurit AS.
Oleh karena Presiden Obama mula-mula hanya akan mengikuti pertemuan informal sesi kedua APEC pada Minggu (15/11) maka pihak penyelenggara disebutkan akan memindahkan sesi foto resmi APEC pada Minggu dengan konsekuensi para pemimpin ekonomi APEC batal mengenakan busana khusus yang telah dipersiapkan oleh salah satu perancang ternama Singapura dan mengenakan pakaian resmi biasa yang berupa setelan jas.
Keputusan itu diambil karena dikhawatirkan tidak ada kesempatan bagi para kepala negara/pemerintahan itu untuk berganti pakaian mengingat padatnya jadwal acara.
Namun, dengan keputusan Presiden Obama untuk menghadiri jamuan santap malam maka para pemimpin ekonomi APEC tetap melakukan sesi foto bersama pada Sabtu malam dengan busana yang telah dipersiapkan oleh Singapura.
Wykidd Song —perancang busana yang telah berkiprah dalam dunia mode selama 16 tahun terakhir— telah mempersiapkan busana yang disebutnya sebagai busana peranakan Singapura untuk sesi foto tersebut.
Menurut Song, busana itu merupakan cerminan masyarakat Singapura yang multi budaya. Masyarakat Singapura terdiri dari keturunan China, India, dan Melayu.
“Hal pertama yang ingin saya tangkap adalah cerminan Singapura … saya juga mencoba menangkap kekhasan ‘Asia’ dalam desain itu. Saya melihat kebudayaan Peranakan sebagai campuran dari berbagai macam budaya di Asia Tenggara, seperti yang terdapat di Singapura,” kata Song dalam laman resmi APEC Singapura 2009.
Untuk busana pemimpin pemerintah/negara wanita —Presiden Filipina Gloria Macapagal Arroyo dan Presiden Chili Michelle Bachelet— Song menggunakan banyak detil dari bordir dalam desainnya sekalipun model busana tetap semi formal dengan bagian depan dipotong menyamping.
Ia juga menggunakan sutra dan warna-warna cerah bagi para pemimpin negara/pemerintahan agar selaras dengan cuaca Singapura.
Warna-warna yang digunakan dalam busana itu akan selaras dengan warna resmi logo APEC Singapura yaitu hijau, biru dan merah.
Para pemimpin negara laki-laki akan mengenakan kemeja lengan panjang berwarna biru, merah atau hijau dengan model leher tegak, sedangkan para pemimpin negara yang wanita mengenakan busana merah.
Busana itu juga dilengkapi dengan asesoris manset terbuat dari batu mulia, topaz biru, merah rhodolite atau hijau peridot. Sedangkan untuk wanita disediakan bros yang terbuat dari batu mulia merah rhodolite.
Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong bertindak selaku tuan rumah dalam jamuan santap malam itu. Ia menyambut setiap tamunya di pintu masuk Esplanade dan berfoto bersama. Tidak semua pemimpin ekonomi APEC didampingi pasangannya, namun sebagian besar pemimpin ekonomi APEC termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tampak hadir bersama Ibu Ani Yudhoyono.
Pengamanan Obama Tak Seketat Bush
Di mana Presiden AS berada, di situ pengamanan ketat diberlakukan. Demikian berlangsung di hotel Shangri La, Singapura, tempat Presiden AS Barack Obama menginap selama ikuti KTT APEC 2009.
Sebelum bisa mendekati ruang pertemuan bilateral antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Presiden Obama, ada dua gerbang metal detektor harus dilalui. Tahap pemeriksaannya pun semakin ketat.
Gerbang pertama berada di lobby hotel. Prosedur deteksi di lobby hotel kurang lebih sama dengan di bandara. Begitu sensor berbunyi, seketika itu pula dua polisi Singapura menggeledah pakaian orang yang melewati metal detektor itu.
Gerbang dua terletak di mulut eskalator satu, lantai di atas ruang pertemuan berada. Prosedur pemeriksaannya jauh lebih teliti dan disupervisi langsung dari anggota Secret Service (Paspampres AS).
Berbagai barang bawaan yang dianggap berpotensi mendatangkan malapetaka langsung disita. Mulai pena, gunting, pemotong kuku, kunci, obeng kecil, pisau lipat dan semua yang bentuknya tajam berbahan logam langsung diminta untuk dititipkan.
Uniknya, tiap petugas dari American Embassy yang melintas di tiap gerbang deteksi juga harus jalani prosedur pemeriksaan sama.
Bila merujuk pengalaman dua kali meliput Presiden George W. Bush, prosedur pengamanan ketat yang dikenakan terhadap Presiden Obama ini terasa jauh lebih longgar. Tidak ada lagi pemeriksaan barang bawaan dengan anjing pelacak.
Sikap staf AS yang menjadi liaison officer terasa jauh lebih ramah. Mereka memberikan kesempatan adil antara wartawan AS, lokal dan dari negara yang kepala pemerintahannya sedang diterima Obama. (detikcom/Ant/c)

Sidang Apec di Singapura

Obama Hadiri Sidang APEC di Singapura Print E-mail

 Pertemuan para pemimpin Forum Kerja sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) kemarin (Sabtu 14/11) resmi dibuka di Singapura. Seperti dilansir AFP, pertemuan APEC kali ini dihadiri 21 negara penting dunia di antaranya AS, Rusia, Cina, Jepang dan sepuluh anggota ASEAN. Di sela-sela pertemuan tersebut Presiden AS, Barack Obama dijadwalkan melakukan pembicaraan dengan para pemimpin Asia.

Sementara itu, menurut laporan ANTARA, Para pemimpin ekonomi Forum Kerja sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) sepakat untuk mendorong penyelesaian perundingan Putaran Doha pada pertemuan informal (retreat) sesi pertama dari Pertemuan tingkat Pemimpin Ekonomi APEC (AELM). Pertemuan tersebut berlangsung di Istana, Singapura, Sabtu, yang bertema "Connecting the Region" (Menghubungkan Kawasan).

Menurut keterangan resmi dari Chen Hwai Liang, Sekretaris Media Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong, Sabtu malam, pada sesi pertama pertemuan informal itu para pemimpin ekonomi APEC menyepakati dorongan politik untuk menyelesaikan Putaran Doha pada akhir 2010.

Disebutkan bahwa ada keperluan mendesak ketika perundingan menuju tahap akhir, itikad politik kuat penting untuk mengatasi kebuntuan. Dalam upayanya untuk mempertahankan kawasan pasar bebas, para pemimpin APEC juga menekankan kembali komitmen mereka untuk menolak segala bentuk proteksionisme, kata pernyataan tertulis itu.

Dalam pertemuan informal yang berlangsung lebih kurang dua jam itu para pemimpin ekonomi APEC juga membahas sebuah visi jangka panjang dari Kawasan pasar Bebas Asia Pasifik (FTAAP). Ada konsensus di antara para pemimpin bahwa negara-negara APEC harus meningkatkan upayanya untuk mewujudkan visi itu, dengan meletakkan suatu dasar dan mengeksplorasi segala bentuk yang mungkin.

Terkait hal itu, menurut pernyataan itu, sejumlah pemimpin ekonomi menyoroti Perjanjian Kemitraan Ekonomi Strategis Trans-Pasifik (TPP) sebagai salah satu cara yang mungkin digunakan untuk mencapai visi itu. Mereka juga menyambut baik pengumuman Presiden Amerika Serikat Barack Obama bahwa AS akan terlibat dengan TPP. Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong pada kesempatan itu mengatakan bahwa langkah signifikan seperti TPP penting untuk membantu menjaga momentum dalam upaya APEC mewujudkan visi FTAAP.

Selaku pemimpin pertemuan itu, Perdana Menteri Lee Hsien Loong mengungkapkan bahwa sekalipun ada tanda-tanda pemulihan perekonomian pascakrisis namun perekonomian global masih dalam bahaya, dengan adanya pengangguran, lemahnya konsumsi dan tekanan proteksionisme.

Sejumlah pemimpin ekonomi yang lain pada kesempatan itu berbicara mengenai keperluan untuk menjembatani kesenjangan pembangunan antara negara-negara anggota APEC dan memperkuat upaya pembangunan kapasitas.

Beberapa diantaranya juga mengangkat isu perluasan agenda pembahasan APEC pada tantangan baru seperti ketahanan pangan. APEC merupakan forum yang terbentuk dan perkembangannya dipengaruhi antara lain oleh kondisi politik dan ekonomi dunia saat itu yang berubah secara cepat di Uni Soviet dan Eropa Timur.

Selain itu dipengaruhi kekhawatiran gagalnya perundingan Putaran Uruguay yang akan menimbulkan proteksionisme dengan munculnya kelompok regional serta timbulnya kecenderungan saling ketergantungan diantara negara-negara di kawasan Asia Pasifik. Forum yang dibentuk 1989 di Canbera-Australia itu telah melaksanakan langkah besar dalam menggalang kerja sama ekonomi sehingga menjadi suatu forum konsultasi, dialog.

Sebagai lembaga informal yang kerja sama ekonominya berpedoman melalui pendekatan keterbukaan bersama berdasarkan sukarela, melakukan inisiatif secara kolektif dan untuk mendukung keberhasilannya dilakukan konsultasi yang intensif terus menerus di antara 21 ekonomi anggota.

Indonesia mendukung peran penting APEC dalam meningkatkan kerja sama ekonomi di kawasan dan berperan aktif dalam pengembangan arah kerjasama APEC ke depan. Partisipasi Indonesia di APEC dilandaskan pada pentingnya mengantisipasi dan mengambil keuntungan dan mengamankan kepentingan nasional RI dari era perdagangan dan investasi yang semakin bebas di Asia Pasifik.